Periode Transisi
Sastra Inggris Sejarah Sastra
Latar
Belakang Sosial Masyarakat Inggris Periode Transisi
Pada masa Transisi ini Henry VII naik tahta Inggris dan saat itu dia dihadapkan
pada berbagai masalah seperti perang saudara, keamanaan, kewibawaan raja dan
sebagainya. Pemerintahan Henry II membawa masa damai dan pemulihan. Perlu
diketahui bahwa periode Pertengahan manusia Eropa
Barat masih berpikiran sempit, segala aspek terjang masih dibatasi oleh tradisi-tradisi yang ditentukan oleh gereja. Gerakan Renaissance lambat laun dapat mendobrak peranata-pranata gereja. Gerakan Renaissance mengambil alih otoritas gereja dan tradisi lama yang bersifat dogmatis. Ciri-ciri orang-orang Renaissance antara lain individualistis, inovatif dan condong kepada sekularisme; suatu pandnagan yang mementingkan masalah duniawi, bukan agama.
Barat masih berpikiran sempit, segala aspek terjang masih dibatasi oleh tradisi-tradisi yang ditentukan oleh gereja. Gerakan Renaissance lambat laun dapat mendobrak peranata-pranata gereja. Gerakan Renaissance mengambil alih otoritas gereja dan tradisi lama yang bersifat dogmatis. Ciri-ciri orang-orang Renaissance antara lain individualistis, inovatif dan condong kepada sekularisme; suatu pandnagan yang mementingkan masalah duniawi, bukan agama.
Selama mememrintah Henry VIII juga menbuat kebijaksanaan di bidang keagamaan
yang bersifat revolusioner dan bertujuan merombak (reform) sistem keagamaan
yang ada. Revolusi keagamaan semacam itu disebut juga “Reformasi”.
Pada tahun 1572 Henry VIII yang sudah menikah dengan Catherine of Aragon selama
15 tahun tidak mempunyai keturunan laki-laki, hanya anak perempuan yaitu Mary.
Kemudian Henry VIII bermaksud memperisteri seorang dayang istana, Anne Boleyn
tetapi tidak mendapat restu dari Paus karena Catherine janda dari kakak Hendry.
Menurut hukun gereja, Hendry tidak dibenarkan memperisteri janda kakaknya,
tetapi Paus memberi pengecualian kepadanya. Akhirnya pada tahun 1529, Henry
VIII memutuskan hubungan dengan Roma. Ia mulai sadar bahwa kepentingan Inggris
dapat dipermainkan oleh negara-negara lain melalui kekuasaan paus. Proses
pemutusan hubungan di bantu oleh parlemen.
Selama revolusi keagamaan itu berlangsung, parlemen memperoleh arti dan posisi
yang semakin penting karena sejak permulaan dewan itu diikutsertakan dalam
segala pengambilan keputusan.Meskipun masih di atur oleh para pejabat “Privy
Council”, setiap keputusan yang menyangkut seluruh bangsa dilakukan lewat
pensahan parlemen. Undang-undang yang terpenting adalah “Supermacy Act” yang disahkan
pada tahun 1534 yang secara resmi menyatakan kemerdekaan Gereja Inggris dengan
raja sebagai pemimpinnya tertinggi.
Ciri Sastra,
Para Pengarang, dan Karya Sastra Inggris Periode Transisi
PUISI
Periode Transisi disebut juga
periode imitative karena banyak sajak yang ditulis meniru gaya Chaucer.
Pengaruh Chaucer juga merembet sampai ke penyair-penyair Skotlandia dan mereka
sering disebut “ScottishChaucerians”. Penyair-penyair tesebut antara lain
Robert Henryson (1430-1506). William Dunbar (1465-1530), dan Gavin Douglas
(1474-1522).
Penyair-penyair Inggris yang dapat
memberikan suasana baru pada masa transisi adalah Sir Thomas Wyatt
(1503-1542), seorang penyair yang memperkenalkan bentuk soneta Itali
kedalam khasanah kesusasteraan Inggris dan Henry Howard, Earl of Surrey
(1517-1547). Kedua penyair tersebut memperkenalkan bentuk-bentuk sajak yang
berbeda dengan penyair-penyair lainnya, dan memberikan sumbangan besar bagi
perkembangan kesusasteraan Inggris.
Karena wyatt sering pergi keluar
negeri, dia banyak dipengaruhi oleh puisi-puisi Itali dan Latin. Sebagian besar
sajak-sajaknya berupa terjemahan dan imitasi, terutama soneta cinta (sajak yang
terdiri dari 14 baris), dan puisi-puisi didaktik seperti satire (sindiran) dna
epistle (surat-surat). Soneta Cinta dalam bentuk aslinya merupakan karya sastra
yang mirip sebuah naratif tentang ksatria pada zaman pertengahan, yang isi
ceritanya Ksatria harus menunjukan kesetiaannya terhadap kekasihnya dengan cara
bertarung di medan laga.
DRAMA
Pada zaman Transisi, disamping drama-drama religius berkembang pula drama non
religiusatau drama sekuler yang biasanya dimainkan di alun-alun pasar dengan
menggunakan panggung ynag dapat dipindah-pindah (Stage on Wheels). Meskipun
dramanya bersifat sekuler, mereka masih berjiwa religius. Tema ceritanya
biasanya pertarungan antara Good (baik) dan Evil (jahat).
Pada perkembanga berikutnya unsur-unsur religiusdan didakdik semakin memudar,
dan jenis drama baru berkembang. Dalam jenis drama ini semua unsur seperti
struktur bentuk diutamakan. Tujuannya tidak lagi mengajar (didaktik) tetapi
dititikberatkan pada hiburan.
PROSA
Karya sastra pada zaman transisi tidak jauh berbeda dengan zaman pertengahan.
Karya terjemahan yang sangat berpengaruh di kalangan rakyat adalah terjemahan
Kitab Perjanjian Baru (1525) yang dilakukan oleh William Tyndale
(1484-1536).
Karya prosa dalam bentuk romance yang paling menonjol adalah karya Sir
Thomas Malory yang berjudul “Morte d’Arthur” (1470). Romance ini berkisah
tentang raja Artur serta satria-satrianya. Karya ini mempunyai peranana yang
sangat penting dalam perkembangan sastra Inggris selanjutnya karena menjadi
sumber bahan dan inspirasi bagi penyair-penyair kenamaan dikemudian hari
seperti Shakespeare dan tennyson.